Dimana Handphone Dimana Allah
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sudah menjadi kewajiban yang
mutlak bagi seorang muslim untuk membasahkan lisannya dengan dzikr serta
mengucap syukur atas rahmat dan kasih-Nya. Begitu pula dengan alunan shalawat
puji-pujian sepantasnya kita haturkan kepada Habibullah Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam.
Saya awali pagi ini degan kalimat
Salam dari syurga, Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh.
Saudara-saudaraku, tidak
bosan-bosannya saya kembali hadir memberikan nasihat dalam tulisan ini.
Bukannya untuk memberikan corak perpecahan, tapi hanya ingin bersama-sama
melihat kebaikan dan menempuh syurga-Nya.
DIMANA HANDPHONE DIMANA ALLAH
Saya yakin hampir semua jenis handphone
saudara-saudara bisa mengakses internet, termasuk facebook, twitter, yahoo
mail. Bahkan sudah tersambung secara 24 jam degan Chat On, WhatsApp, Kakao
Talk, Blackberry Messager (BBM) dan
banyak lagi jenis aplikasi yang dapat menjadikan pisau bermata dua bagi kita.
Disatu sisi dia bisa membantu kita menjalin silaturrahim naumun juga bisa
menimbilkan perpecahan, tentu saja sangat tergantung pengendalian terhadap si
pemiliknya.
Pemberitahuan, Pesan, Tweet,
Friend Request, setiap waktu terus update dan secara otomatis lewat sistemnya mengirimkan
perubahan itu kepada sipemilik gadget. Maka ketika benda itu bergetar,
berbunyi, atau sekedar berkedip saja lampunya, tangan kita langsung reflek
merogoh saku atau mengambilnya diatas meja. Secepat itu kita menanggapinya.
Padahal isi dan penting tidaknya pemberitahuan itu belum kita ketahui. Atau
kita membukanya, tersenyum, dengan cepat juga mengetik keypad lalu enter/send
membalasnya.
Begitulah pola hidup kita secara
perlahan berubah dan dikendalikan oleh alat komunikasi yang ada digenggaman
kita. Sungguh tidak masuk kedalam logika jika benda yang hanya berukuran
panjang lebih kecil dari remote AC itu bisa mengendalikan kita. Bagaimana
mungkin sesuatu yang kita genggam dapat “menggenggam” kita. Walau sulit
dipercaya, tapi inilah faktanya.
Lalu beagaimana dengan pesan dan
panggilan Allah? Apakah secepat itu kita meresponnya? Apakah kita
menunda-nundanya? Atau tidak dihiraukan sama sekali. lewat rumah-Nya yang mulia
Allah memanggil kita lima kali. Seteiap satu waktu Allah memanggil dua kali lewat
Azan dan Iqamah dengan jarak waktu sekitar 10 menit. Betapa santunnya Allah
memanggil kita untuk sujud bersama jamaah syurga. Pertama-tama dengan Azan yang
berarti pemberitahuan, lalu selang beberapa menit Iqamah, yang bertanda
penggilan itu siap ditunaikan. Banyangkan saja, Allah SWT yang menciptakan kita
memanggil dengan lembut dan bertahap, tidak kita hiraukan secepat kita
menghiraukan getar Handphone. Padahal panggilan itu sudah pasti penting dan
mulia. Terlebih lagi bahwa waktu diantara Azan dan Iqmah adalah waktu yang
mustajabnya do’a.
Dari Ibnu Mas'ud Radhliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Perbuatan yang paling mulia ialah shalat pada awal
waktunya." Hadits riwayat dan shahih menurut Tirmidzi dan Hakim.
Asalnya Bukhari-Muslim.
Begitulah kita? Apa yang terjadi
pada diri kita hingga panggilan Allah tidak lagi kita hiraukan? Sudah sekeras
apa hati kita? Apa yang sudah mengisi fikiran kita sehingga berani seperti itu.
Bukankah bumi yang kita pijak, langit
yang menaungi kita, rizki yang kita makan, pakaian yang kita kenakan, harta
tang kita punya, jabatan yang kita sandang, keluarga yang kita pertahankan,
nafas yang kita hirup, bahkan handphone yang melalaikan kita sekalipun semuanya
berada pada genggaman Allah sungguh mudah bagi Allah untuk nemgubah secara
sesuatu.
Tentu saja ini bukan masalah
kecil yang sepele. Karena kebanyakan adalah kaum muda yang selalu menempel
gadget ditangannya. Berkisar usia antara 15-30 tahun. Bukankah seharusnya di
usia emas (gold age) ini, disaat kebanyakan orang mencari jatidirinya dan mengenal
lingkungannya dia juga harus mengenal secara mantap dan lebih akrab terhadap
penciptanya. Yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Agar tidak ada keraguan sama
sekali dalam hidupnya.
Allah sedang menguji kita dengan
kenikmatan, apakah hamba-Nya akan “mengunjungi-Nya” kembali jika sudah memiliki
sedikit harta dihidupnya, apakah kunjungan itu semakin sering dan romantis atau
malah berkurang dansemakin buruk. Itulah ukurannya. Jika terlena dengan buaian
harta tanpa mengingat tunduk dan syukur padanya maka itu juga menjadi tolak
ukur rasa terimakasih kita kepada Allah.itu juga berarti kita sudah terhempas
jauh dari rahmat dan kasih sayangnya. Bukan Allah yang “mengeluarkan” kita.
Tapi kita yang menghhempaskan diri dari rahmat dan kasih sayang Allah.
Allah menjanjikan jika kita
bersyukur atas nikmat-Nya maka akan ditambah lagi nikmat tersebut. Tapi jika
ingkar dan kufur tehadap nikmat Allah mengingatkan bahwa Adzab-Nya sangat
pedih.
"Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Ibrahim
: 7
Inilah janji Allah dan peringatan
Allah yang perlu kita renungkan saudaraku. Allah Sang Maha Menepati Janji.
Hitungan Allah sangatlah cepat (sarihul hisab). Jika hanya melipatkan rizki
atas hamba-Nya yang bersyukur, itu menjadi hal yang sangat ringan bagi Allah. Kemana
lagi hendak meminta rizki dan pertolongan kecuali hanya pada-Nya. Inilah yang
harus kita tanamkan dalam konsepsi iman kita. Agar selalu bersemangat dalam
bersyukur.
Tidak Ada Tuhan Selain Engkau Ya Allah,
Sesungghunya Aku Termasuk Orang Yang Dzalim..
Demikianlah saudaraku, semoga
dapat kita renungkan makna dari ayat tersebut. Sungguh bukannya saya bermaksud
untuk membuka kepribadian saudara terhadap Allah. Tapi saya memiliki rasa
bersalah yang sangat bersar jika pengetahuan yang dimiliki tidak diberikan
kepada orang lain. Sesuai sabda Rasulullah: orang
yang terbaik adalah orang yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
Untaian nasihat ini semoga menjadi
cambukan bagi saya sendiri untuk lebih sering beribadah dan memuji Allah, tidak
ada yang lebih penting didunia ini selain hal tersebut. semoga juga bisa menjadi
stimulus bagi saudara-saudara yang ingin meraih betapa indahnya jalan menuju
Syurga.
Salam. Selalu Mohon Ampun
Kepada-Nya.
Qarel. 06.30 WIB/17-072013
Komentar
Posting Komentar