BIARKAN MIMPIMU MENJALAR KELANGIT


BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Saya awali bait-bait tulisan ini dengan salam dari Jannah-Nya. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
BIARKAN MIMPIMU MENJALAR KELANGIT
Pagi ini begitu cerah dan indah. Kawanan burung keluar dari sarangnya, kelompok kupu-kupu terbang kesudut langit dengan sepasang helai sayapnya yang menawan.

Matahari menurunkan tangga cahayanya kekulit bumi dari angkasa. Embun perlahan merelakan dirinya berpisah dengan ranting dan daun. Menguap dan berbaur bersama udara pagi.

Kuncup mawar dengan bahagianya mekar dengan perlahan namun sempurna. Setelah kuntumnya dikecup kumbang dan lebah. Memberikan kemekarannya yang terbaik.

Gumpalan awan berarak menghias panggung langit, putih dan bersih tersusun berlapis-lapis.

Rangkaian simfoni pagi yang indah ini mampu menyengat semangat kita untuk bangun dan 
membagikan senyum terbaik kesisi dunia. Merancang cita-cita menggapai asa.

Biarkan mimpimu tumbuh dengan yakin dan teguh. Pupuklah ia agar menjadi nyata.

Biarkan mimpimu mengikat kebahagiaan dan inginmu. Agar padu dan menjadi satu.

Biarkan mimpimu perlahan naik ketangga cahaya menjalar dan bertahan dipangkuan awan.

Kokohkan semangatmu agar helai daunnya tidak layu dan rontok. Pandang dia dengan semangat.

Panjat tiang langit dengan usaha yang keras untuk menggapai mimpi yang duduk disana.

Berusaha kekuatnya, jangan sampai jatuh kebawah. Siapkan bekalmu dalam perjalanan menggapainya.
Merancang mimpi tidak semudah menggapainya. Adakalanya tangan ini kaku dan keram ketika menahan beban yang berat. Ada kalanya kaki ini bergatar karena tenaga itu perlahan habis.

Difase ini usahakan kau bertahan. Jangan pandang kebelakang. Terus tajamkan pandangan kepelupuk awan.

Adakalanya matamu perih menahan debu dan angin yang kasar menerpa, jangan kalah jangan menyerah.

Konsisten itu penting dalam sebuah pencapaian.

Semua kelelahan dan penat yang dirasakan selama kau mendakinya akan hilang seketika saat mimpi 
itu kau petik.
----
Bukanakah mereka yang ingin melihat pelangi harus rela dan bersabar berdiri didalam dinginnya hujan?

Bukankah mereka yang ingin melihat matahari terbit dipuncak gunung itu harus bertahan ditengah sejuknya udara subuh?

Bukankah kupu-kupu yang anggun dengan sayapnya harus konsisten pada perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dari kepompong dan ulat?

Bukankah penyu kecil yang baru menetas harus bertahan dalam tajamnya pasir yang menusuk tubuh hingga di sampai merangkak kehamparan laut?

Yogyakarta | Qarel Muhammad Hawari | 16 Syawwal 1434 H | 23 Agustus 2013

Komentar

Postingan Populer