Hanya Perlu Pejamkan Mata Lalu Bersyukur
Saya buka lembaran ini
dengan kalimat dari syurga, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh. bismillahir
rahmanir rahim, izinkan saya menyelidiki ombak ombak liar yang menggelayuti
hatimu. Mungkin saja ada jawabnya.
HANYA PERLU PEJAMKAN MATA
LALU BERSYUKUR
Keseharian semua manusia dilewati dengan berbagai
aktivitas dan hal yang mengisi waktunya dengan padat, bahkan sering sekali dia
melupakan sesuatu yang dekat yang ada disekelilingnya dan selalu bersamanya.
Kadang kala kita juga tidak bisa menyalahkan sesuatu tentang mengapa hal itu
terjadi. Ketita fikiran mulai penuh terisi beban-beban yang sebenarnya adalah
efek dari pekerjaan yang terus “mengemudikan” tubuh kita hiongga merasakan
penat dan lelah sampai pada suatu saat seseorang akan merasa jenuh dengan
aktivitas rutinnya.
Kejenuhan ini akan hadir saat seseorang terlupa dengan
sesuatu yang ada disekelilingnya yang sebenrnya sangat dekat dengan dirinya.
Ya, keluarga. Bisa dibilang sebagai mesin penyemangat
yang akan merefresh semua pikiran kita. Saat berkumpul dan bercengkrama
bersama, semua kejenuhan itu bperlahan hilang walau ghanya sesaat. Hal ini
terbukti dapat membuat seseorang nyaman dari aktivitas kesehariannya.
Namun adakalanya dalam menjalankan tuntutan karir,
kita merasakan ketidakpuasan yang bertingkat tingkat dan selalu membayangi
setiap disetiap harinya. Kadang kala juga ambisi yang bersifat terus menerus
dapat menghipnotis seseorang dalam fikitannya untuk merasa tidak pernah puas
dengan sesuatu yang dipapatkan lewat hasil kerja maksimalnya selama
bertahun-tahun. Ketidakpuasan it uterus membayangi, seakan tidak ada waktu
untuk berhenti untuk mengejarnya.
Sebenarnya jika kita mau sebentar saja berfikir
sederhana disela-sela waktu beristirahat, untuk apa kita mengejar itu semua?,
bukakah sudah merasakan hidup yang mapan dan cukup?. Jangan berkilah dengan
derajat kebahagiaan. Kebahagiaan sebernya bukan dinilai dari berapa banyak ikat
uang dan koleksi logam mulia yang hanya bernilai dengan uang dalam koridor
harta. Tidak, buka itu sebenarnya. Kebahagiaan sebenrnya adalah ketika kita mau
untuk bersyukur atas segala nikmat dan hasil dari kerja keras kita yang
diberikan Allah setimpal kepada kita.
Lalu, apakah semudah itu menghilangkan segala sesak
didada ? ya. Hanya itu sebenarnya. Hanya perlu memejamkan meta, bersyukur. Kita
semua yang diberikan apakah itu hal yang baik atau buruk asalkan kita
bersyukur, mak bahagia akan mutlak menjadi milik kita.
Memandang kebawah adalah salah satu cara yang akan
memancing rasa
syukur. Bahwa masih banyak orang yang sekeliling kita yang memiliki tidak
seberuntung kita dalam sisi razeki untuk mencukupi kebutuhan rutinnya. Namun
disisi lain dia menjadi kaya hati karena dalam kondisi yang tidak bersahabat
pun masih bisa memupuk hatinya menjadi taman yang indah lewat rasa syukur.
Kita bisa belajar banyak dari mereka, terutama
bagaimana cara mengelola kondisi hati lewat “rasa syukur” yang bisa membuat
keadaan yang kurang cukup menjadi memadai. Semuanya kembali kepada hati
seseorang. Bagaimana cara dia menimbang suatu permasalahan dan melihat dari
sisi mana.
Pernahkah kita
berterimakasih kepada supir yang mengantarkan kita kemanapun kita pergi?,
karena lewat ada dirinyalah Allah menjada kesehatan kita. Karena Allah sayang
kepada kita..
Pernahkah kita
berterimakasih kepada pembantu yang selalu menyiapkan sajian makanan? Lewat ada
dirinyalah Allah memastikan kita tidak kelaparan.. namun tak pernah mengalir
kalimat syukur dari mulut kita..
Pernahkah kita
berterimakasih walau hanya sekali kepada tukang sampah yang selalu memungut
secara berkala sampah yang ada perumahan yang kita tinggali? Karena lewat hadir dirinyalah Allah
memastikan kita terhindar dari wabah penyakit..
Lembutkan hatimu dengan
syukur, jangan angkat terlalu tinggi kepalamu, tapi tundukkanlah sedikit, agar
kau “sama” dengan ciptaan-Nya yang lain tanpa rasa sombong.
Semoga nasihat ini
bermanfaat bagi kita semua.
Qarel Muhammad Hawari
Komentar
Posting Komentar