Dengan Sajadah Enggan Berbagi


BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Dengan terus memuji dan mengesakannya, saya mulai menulis, sungguh hanya Allah-lah yang dapat meletakkan mahatari yang bercahaya dan bulan yang bersinar sesuai orbitnya. Shalawat dan rangkaian ikatan salam selalu tersampaikan kepada junjungan manusia syurga, rasulullah SAW, yang telah membawa peradaban diseluruh dataran dibumi ini.
Saya awali untaian nasihat ini dengan kalimat salam dari surga, Asslamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga Allah selalu menurunkan rahmat dan kasih sayang-Nya di sayyidul ayyaum ini. Hari Jum’at.
Saudaraku, sembali saya hadir untuk mengingatkan diri saya sendiri dan semua yang membacanya, mungkin saja ada kesilapan dan kealpaan yang terselip dalam aktivitas keseharian kita tanpa kita sadari. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah ditunjukkan kepada mereka dan bukan pula jalan yang sesat.
DENGAN SAJADAH SAJA ENGGAN BERBAGI
Alhamdulillah, jamaah masjid bertambah berlipat-lipat dibulan Ramadhan ini, jumlah infaq yang terkumpul setiap harinya pun selalu mencapai angka yang fantastis atas semangat beribadah kita dibulan ini.
Jumlah shaf yang biasanya terisi hanya satu atau dua shaf, kini paling sedikit terisi menjadi sepuluh shaf, bahkan dihari-hari awal, halaman masjid pun menjadi tempat kita semua beribadah, ruku’  dan sujud memohon ampunan Allah.
Beberapa diantara kita, sebelum datangnya bulan ini pergi ke pusat busana muslim. Membeli pakaian ibadah, sajadah, sarung, dan peci. Semuanya baru dengan niat untuk dipakai disaat shalat dan mengenakan yang terbaik dalam menghadap Allah. Semoga persepsi sebagian besar kalangan ini tidak salah tentang arti kesederhanaan. Amiin.
Coba perhatikan, cukup banyak diantara kita yang membaawa sajadah untuk shalat dimasjid, terlebih saat shalat tarawih berjamaah. Ketika Iqamah mulai dikumandangkan, maka sajadah itu bibentangkan tepat diposisinya mereka akan shalat. Dalam hal ini kenyamanan dalam ibadah termasuk hal yang penting dalam meraih kekhusyu’an shalat.
Ada fenomena yan terjadi disaat itu, tidak sedikit diantara kita hanya membentangkan sajadah yang kita bawa untuk kita saja dengan possisi yang memangjang kedepan. Jarang sekali kita melihat orang yang ada dikiri dan dikanan kita. Bagiamana persiapannya dalam shalat? Apakah sama seperti kita membawa sajadah juga?
Terlebih lagi beberapa daerah sedang hujan dan sebagian masjid tidak menggunakan karpet, namun langsung beralaskan marmer. Saat malam hari tentu saja mereka yang tidak membawa sajadah akan merasakan dinginnya malam disaat berdiri dan sujud. Tapi dingin ini tidak dirasakan bagi mereka yang membawa sajadah.
Jarang sekali kita membentangkan posisi sajadah kesamping, agar saudara kita juga merasakan kehangatan itu. Ketika kita menghadap Allah, kita masih menyisakan ego dalam dada, dan ego itu berimbas pada enggannya kita berbagi sajadah kepada mereka. Kita membiarkan saudara itu tenggelam dalam ibadahnya yang  dingin, sementara kita merasakan nyaman dan hangat, walupun pahala dan kekhusyukannya hanya allah yang mengetahuinya.
Tapi inikan masalah yang kecil? Ya, ini masalah yang kecil, semua orang mengetahuinya. Tapi jika degan hal-hal yang kecil seperti ini saja kita tidak peduli bagaimana dengan hal-hal lainnya?
Ini kembali ke setiap pribadi, apakah kita mau berbagi atau tidak. Itulah poin yang harus ditanyakan dalam setiap diri masing-masing. Sungguh, kebersamaan akan lebih indah jika kita salng berbagi.
Saya teringat dalam sebuah kisah dimana ada tiga orang muslim dizaman rasulullah yang sangat kehausan dan salah satu temannya terluka, namun hanya memiliki sedikit air yang cukup untuk diminum satu orang saja. Namun salah satu diantara mereka menolak air yang diberi saudaranya, dengan alasan saudara yang lain itu lebih berhak, begitulah secara terus-menerus hingga akhirnya mereka dipanggil oleh Allah sebagai Syuhada.
Ini termasuk termasuk pelajaran mendidik hati. Proses mendidik hati tidaklah cepat dan gampang, dia harus berdasarkan ujian dan realita yang kita hadapi. Maka disaat itulah hati berperan. Memilih kenyamanan pribadi atau kenikmatan dalam berbagi.
Saudaraku, inilah tulisan yang dapat kita renungkan bersama. Walaupun hanya soalan yang sepele kelihatannya, yaiutu tentang berbagi sajadah disaat shalat. Tapi dapat menjadi cambuk bagi kita semunya untuk tidak sungkan berbagi satu sama lain kaerna sesungghunya semua adalah milik Allah.
Maafkan saya jika terus-terusan memberi nasihat. Tapi inilah sebuah kewajiban, menyampaikan apa yang diketahui untuk kebaikan, semoga kita mendapatkan “tiket” menuju Syurga di Ramadhan ini.
Wassalam
Menulislah dengan rasa Syukur!
Qarel

Komentar

Postingan Populer