THAILAND EPS 5 : MENIKMATI KOH LARN

THAILAND EPS 5 : Menikmati Koh Larn


Sore semakin teduh. Matahari sudah condong menurun. Angin di pantai tetap saja berhembus kencang. Membawa kesan yang teduh dan tenang. Dari pantai Ta Yai kami beranjak ke sebuah cafe yang menghadap ke pantai. Kafe ini bernama Matata Bay Café. dari pantai tidak begitu jauh, hanya sekitar 5 menit saja. Dari tepi jalan kami menuruni tangga dan masuk ke kawasan kafe. Sungguh bagus, tempatnya tidak begitu besar. Namun cocok untuk bersantai memandangi pantai dan kapal-kapal dari atas.

Saya memesan mango smoothie dan orange cake. Ditempat seperti ini memang perlu minuman dan kudapan yang segar. Maka dari itu pilihan kopi saya skip dulu. Di kafe ini saya lebih banyak memperhatikan dan menikmati suasana. Rileks sekali. Memandangi laut yang biru tenang. 

Ketika kami datang kafe ini tidak begitu ramai. karena jika kami lihat di Review Google, baru ramai di malam hari. Tipe makanan yang disediakan juga kebanyakan adalah makanan yang tidak berat. Potongan kue dengan berbagai topping, aneka smoothies, cokelat dan ada juga kopi kopi.

Sekitar pukul lima sore kami beranjak ke panai lagi. Kali ini Namanya pantai Tien. Perjalanan dari cafe ini ke pantai Tien juga tidak memakan waktu lama. Sekitar 7 menit saja. Jalan paving block kami melewati. Kami melewati satu bukit yang puncaknya dapat memandangi hamper keseluruhan pulau ini. Sungguh indah.

Bibir pantai melingkari pulau. Sementara di perbukitan yang lain terdapat belasan kincir angin besar yang menghadap pantai. Mirip sekali dengan kincir angin pembangkit listrik. Saya tidak tau ini dipakai untuk untuk pemabangkit listrik atau sekedar daya tarik wisata.

Di puncak bukit di pulau ini seingat saya tidak hanya kincir angin saja. Ada patung Buddha dan juga view poin untuk memandangi keseluruhan pulau ini. Namun kalua ke view point kita harus berjalan kaki dan menaiki sekitar dua ratusan anak tangga. View point ini tidak kami kunjungi.

Kami menuruni bukit dengan jalanan blok batu melawan semilir angina yang lembut penampar kulit. Tibalah kami di parkiran Pantai Tien. Tanpa petugas parkir dan tentu tanpa tarif. Dari parkiran kami berjalan kaki sekitar 40 meter untuk tiba di bibir pantai.


Pasirnya putih kekuningan. Hal menariknya adalah pantai ini terbilang datar dan tenang. Tidak banyak batu karang. Hingga 30 meteran dari biir pantai pun posisi air masih sepinggang saja. Maka di pantai ini nyaman sekali untuk bermain air atau sekedar membasahkan badan.

Langit yang biru perlahan semakin tua dan berganti menjadi kuning emas lalu gelap. Kami menyaksikan mentari yang perlahan turun ditarik ombak laut. Kecerahan langit seperti redup dengan perlahan. Kami memandangi buih buih ombak yang berkejaran mengecup kami, airnya sejuk.

Banyak betul wisatawan asing disini. Belum ada percakapan Bahasa Indonesia yang masuk di telinga saya. Kebanyakan diantara mereka menikmati pantai dengan membasahkan diri, bermain dengan teman teman dan keluarga, dan tidak sedikit pula yang menyaksikan senja turun dengan seksama.


Puas menikmati senja. Kami kembali ke hotel melewati jalan yang sama yang kami lalui ketika pergi. Kami beristirahat dan membersihkan badan. Kami telah berencana untuk makan malam dengan pemandangan laut juga. Namanya Sunset Restaurant. Kami telah mencari tempat makan yang dapat dinikmati suasananya. Dapat bersantai dan menikmati malam.



Sayang, di kafe ini kami tidak banyak foto foto. Namun saya ingat apa yang dipesan. Manu wajib selalu tomyam seafood, capcay sayur plus daging, tumis cumi tinta dan telur dadar isi udang. Makanan ini memanjakan lidah dan penciuman kami. Aromanya dengan lembut menemani kami makan. Ditingkahi suara ombak yang pecah di udara.

Sunyi dan tenang. Sesekali ada suara klakson kapal. Halus, tidak keras. Karena posisinya jauh dari tempat kami bersantap. Memandang ke laut terlihat barisan lampu berkalipan. Indah sekali. suasana tentram dan damai menyelimuti perasaan kami. kami menikmati perjalanan ini. Dalam diam saya bersyukur..

Komentar

Postingan Populer