THAILAND EPS 2: THIP SAMAI DAN NATIONAL MUSEUM
THAILAND EPS 2: Thip Samai dan National Museum
Selanjutnya kami menuju pintu keluar bandara. Disana kami menunggu datangnya bus dengan tujuan daerah hotel tempat kami menginap. Perjalanan dengan bus ke lokasi penginapan kami di kawasan Ratchathewi sekitar 60 menit. Saya tidak mengingat pasti, sibuk melihat arah jendela, sambil menebak-nebak tulisan tulisan akson (Aksara Thailand) di banyak bangunan atau tiang tiang jalan.
Sebelum tengah hari kami sudah sampai di hotel. Mengurusi check in dan penitipan bagasi, karena seperti aturan hotel pada umumnya, kamar baru bisa dimasuki pukul 2 siang. Tapi ini memang sesuai rencana. Kami bersih-bersih sebentar dan beristirahat di Loby hotel. Mengambil kamera dari ransel lalu memulai perjalanan hari pertama.
3 Januari 2024
Hari ini kami mulai dengan berjalan santai menuju stasiun bus di dekat hotel. Kami berjalan sekitar 5 menit sambil menikmati suasana kawasan ini lalu kami menaiki bus. Transportasi umum disini terintegrasi dan ada banyak pilihan. Ada bis tidak ber AC, bis ber AC namun masih dengan model kendaraan yang lama, juga ada bus yang bagus. Kira-kira seperti itulah tingkatan kelas bisnya. Harganya juga juga memiliki 3 kelas. Yang tidak ber AC bertarif 8 THB per trip. Bis AC namun dengan model yang lama 13 THB dan bus baru yang bagus itu 25 THB. Semuanya ini lalu lalang membelah jalanan di kota Bangkok. Tinggal pilih saja ingin menaiki bus yang mana.
Ini adalah papan informasi di halte-halte bis disana. Seluruh halte ada jaringan Wi-Fi yang dapat digunakan. Lumayan membantu bagi pelancong yang selalu memanfaatkan internet gratis.
kami turun di stasiun dekat Queens Gallery lalu menyebrang jalan Ratchadamnoen Klang lalu menyusuri jalanan aspal menuju tujuan pertama kami, yaitu tempat makan legendaris Thip Samai. Jalan kaki sekitar 450 meter saja.
Penyebrangan yang kami lewati di jalan Ratchadamnoen |
Dari jalan Ratchadamnoen, jika lurus terus sekitar 200 meter maka bertemu dengan Democracy Monument. Saya perhatikan jalanan di negara kerajaan ini memang lebih mengutamakan pejalan kaki. Pedestrian yang lebar membuat perjalanan menjadi nyaman tanpa takut tersenggol dengan kendaraan seperti motor atau mobil.
Monumen Demokrasi ini termasuk monument yang populer di Bangkok. Dibangun tahun 1939 dengan Arsitek lokal bernama Maeo Aphaiwong dan Ahli pahat kebangsaan Italia bernama Corrado Ferroci yang belakangan menjadi warga negara Thailand dengan nama Silpa Bhirasi. Forroci mengerjakan proyek ini atas permintaan dari Raja Rama VI. Tujuan utama dari pembangunan monument ini adalah sebagai penanda Revolusi 1932 dan berakhirnya pemerintahan demokrasi Absolut di Thailand.
Sudah sudah, sebelum menjadi tulisan sejarah kita kembali ke perjalanan ini.Dindingnya dipenuhi dengan foto dan potongan berita dari banyak majalah atau koran internasional yang mengulas tempat itu. Ada sepasang gading gajah yang melindungi patung Buddha di meja sembahyang mereka. Juga ada foto Raja dan Permaisuri kerajaan Thailand.
Komentar
Posting Komentar