THAILAND EPS 4: PERJALANAN MENUJU KOH LARN

 THAILAND EPS 4: Perjalanan Menuju Koh Larn

Tanggal 5 Januari 2024

Pagi-pagi kami sudah rapih. Pukul 06.00 kami berangkat meninggalkan hotel menuju terminal Bus Ekkamai. Dengan menggunakan Grabcar kami melaju membelah jalanan kota Bangkok. Hari masih terbilang sepi, Suasana masih sejuk, belum banyak kendaraan lalu lalang. Saya ingat betul bahkan masih ada sisa sisa langit yang gelap. Belum semuanya tersibak sinar matahari.

20 menit kemudian kami sampai di terminal tersebut. Segera kami ke loket untuk menukarkan tiket yang telah dipesan lewat website. Kami menumpangi kendaraan semacam Hiace dengan perjalanan 3 jam lamanya. Tujuan kami ke Pattaya. 


Pukul tujuh pagi kendaraan kami melaju. Memasuki jalan tol. Saya asyik memandangi suasana diluar jendela. Tidak berselang lama saya tertidur pulas dan sekitar pukul sembilan baru terjaga. Sesekali masuk suara percakapan ke telinga yang lagi-lagi saya tidak tau artinya. Tidak lama kemudian mobil kami masuk ke rest area karena ada beberapa penumpang yang ingin ke toilet.

Tepat pukul 10 pagi kami tiba di Bali Hai Pier. Ada banyak kapal bersandar. Kapal kayu dan Speedboat dengan tujuan Koh Larn. Koh berarti Pulau. Maka Koh Larn artinya pulau Larn. Kami ingin menyebrang dan menginap di pulau itu untuk satu malam. 

Kami berjalan kaki di dermaga dan menaiki kapal kayu dengan harga tiket 30 THB saja. Tiket dibeli on the spot sesaat sebelum menaiki kapal. Di atas kapal di penuhi dengan wisatawan dengan tujuan yang sama. Setelah kami mendapatkan tempat duduk, petugas kapal memberikan pelampung untuk digunakan. Lalu ada sedikit pengumuman yang terdengar dengan Bahasa Thailand dan Inggris yang samar samar berebutan dengan deburan ombak dan angin. Tidak lama setelah itu kapal bergerak. Membelah lautan selama 30 sampai 40 menitan.

Selama diatas kapal kami berdua memandangi suasana laut yang indah. Seiring itu matahari mulai meninggi. Cuaca cukup bersahabat bahkan terbilang panas. Tapi masih lebih baik. Karena tujuan kami wisata pantai, jika cuaca mendung atau hujan tentu niat kami juga urung.

Kapal bersandar, penumpang mulai turun dan kembali meletakkan pelmpung di rak kayu yang telah disediakan. Di Pelabuhan Koh Larn ini kami disambut dengan banyak orang yang menawarkan jasa peningapan dan transportasi.

Koh Larn ini tidak luas. Jika dikelilingi dengan sepeda motor, hanya menghabiskan waktu paling lama 45 menit saja atau mungkin bisa lebih cepat dari itu. Seluruh jalanan di Koh Larn tidak di aspal, tetapi disusun dengan paving block. Tentu menambah estetika bagi pengguna jalan. Kendaraan yang disewakan untuk para wisatawan ada 2. Motor dan juga mobil golf. Motor dengan durasi penggunaan 24 jam dikenakan biaya 300 THB dengan bensin full tank. Jaminannya apa? Hanya KTP atau paspor saja.  tidak rumit dan bertele-tele. Kami sewa motor untuk berkeliling pulau ini.

Kami menuju hotel yang telah dibooking ketika di Bangkok. Namun kami tiba di hotel pukul 11 siang. Sebenarnya kami tahu dengan aturan bahwa biasanya kamar tersedia di pukul 2 siang. Namun kami datang saja bertandang. Tidak disangka kami langsung diizinkan masuk kamar.

Setelah beristirahat badan terasa segar. Sesekali terdengar suara ombak di pantai. Perut yang keroncongan memaksa kami untuk makan siang. Di dekat penginapan ada rumah makan Thai Muslim. Kami makan disana.  Tomyam seafood, Ayam saus teriyaki dengan potongan bayam dan sayur tumis capcay. Pasangan 3 serangkai yang serasi. Dengan lahap kami menghabiskan makanan yang telah dipesan.

Inilah pertama kali saya merasakan tom yam yang enak, ternyata tom yam menggunakan santan dalam proses memasaknya. Ini menambah kesan gurih dan creamy. Namun ada juga variasi yang tidak menggunakan santan. Tentu saja saya pilih yang menggunakan santan.


Cuaca masih terik. Matahari meninggi. Ada rasa malas untuk menikmati suasana dan jelajahi pulau ini. Agenda kami tidak ada yang baku. Mumpung sudah sampai pulau ini kami tetap gembira meski panas mentari tidak bisa diajak kompromi. 

Sekitar pukul 3 sore suasana sudah agak mendingin. Kami melaju melewati jalanan blok-blok batu dengan motor. Tujuan pertama kami di pulau ini adalah pantai Ta Yai. Pantai ini tidak lebar. Namun suasananya menarik. Pasir putih dan minim sekali sampah. 



Menariknya, tidak ada petugas retribusi dan parkir. Semua kendaraan diparkir mandiri saja. Rapih. Tanpa membayar apapun. Hampir semua pengunjung disaat kami datang berasal dari luar Thailand. Saya tidak menjumpai orang Indonesia atau orang berbahasa Indonesia saat itu. 

Kami menikmati ombak yang memukul pantai, kejar kejaran. Perahu dan kapal kapal kecil mengapung naik turun mengikuti arus. Sebagian pengunjung berwisata keliling pantai dengan menaiki kapal. Banyak yang juga yang sekedar membasahkan kaki saja. Airnya dingin. (Bersambung ke Thailand Eps 5)







Komentar

Postingan Populer