Kejadian Ustadz Hanan: Saatnya Fokus
Saat ini kita menikmati media yang luar biasa. Mata terbuka hingga terpejam lagi kalopaknya. Lalu bulan bergantian mengisi singgasana dengan matahari.
Begitu sehari-hari. Siklus berjalan. Media yang pesat juga menumbuhkan berita disekitar. Bertumbuh seperti jamur bersemi setelah hujan lebat di tempat lembab.
Masyarakat yang menerima informasi menjadi tempat respon. Baik dalam bentuk komentar di kolom bawah berita atau komentar Langsung di lingkungannya.
Begitulah, respon yang muncul dipengaruhi banyak hal tergantung kecenderungan pikir seseorang. Sering kali kadang kita salah fokus, atau malah terfokus pada yang bukan konten.
Di hal yang bukan konten itu banyak yang menghabiskan energi, berkomentar dan berpendapat sehingga timbul bias dan lari sebanyak hal. Semakin jauh dari konten.
Ada tokoh muda yang dianggap magnet dalam hijrah nya anak muda. Setiap sesi beliau selalu di jejali banyak hal muda. Aula masjid penuh sesak hingga keluar kemana mana.
Penyampaiannya ringan dan dipenuhi dengan banyak istilah yang hanya dimengerti oleh anak muda, namun kata itu terdengar beda bagi para orang tua. Memang kelas umur membedakan kelas kata dalam berbicara.
Beliau ini Ustadz muda. Sadar akan pengaruhnya, gaya dan kata di sesuaikan dengan audiens. Kita jarang sekali bahkan tidak sama sekali menemui ustadz yang jago skate board, selancar atau main bmx. Tapi beliau bisa.
Memang menarik. Sungguh menarik, beliau menyuguhkan dakwah yang kena kesadaran dan berdampak. Menggiring anak anak muda untuk re-knowing (mengenal ulang) bagaimana Islam ini. Keutamannya kelembutannya dan kesantunan ajaran akhkaknya.
Semua kesalahan pasti ada dan melekat pada manusia. Tapi seringkali kita menggantikan fungsi Tuhan dalam banyak hal. Kita mendaulat diri sebagai hakim atas beragam kasus dan berita. Untuk opini dan pendapat atas satu berita saja kita sering terpeleset dari fokus. Lantas bagaimana pula kita menjadi hakim. Dimana kebijaksanaan Kita?
Kembali lagi. Winner focus to win. Loser focus to winner. Memang fokus pikir kita membuahkan banyak hal. Apalagi hal yang berharga selain intelektual?
Saatnya kita berpandangan luas dan meramu bagaimana caranya untuk bersatu. Salam takzim saya buat gurunda Hanan Attaki atas cobaan yang dialami.
*saat ini saya sedang memaksa diri untuk menulis. Apapun itu. :)
Samarinda, 21 Juli 2018
Komentar
Posting Komentar