Jalan Ozil, Jalan Ksatria


Banyak orang yang dalam sikap dan tuturnya tanpa disadari telah menciderai perasaan lawan bicara. Banyak sekali kejadian seperti itu. Terlebih di zaman sosial media semakin merajaa. Jika pepatah dulu berkata teknologi membuat dunia ada di genggaman maka sekarang tidak di tangan lagi posisi nya. Tapi di ujung jari.

Memang sebelum masuk dan mendapatkan ilmu, ada satu bab yang kita terlupa. Bab adab. Bab adab ini lebih penting daripada ilmu yang di dapat. Beradab tanpa ilmu dan begini tanpa beradab. Di dua pilihan ini orang cenderung pasti memilih beradab tak berilmu. Memang begitu adanya.

Seringkali kita mengkerdilkan prestasi yang layak sekali di apresiasi demi memuaskan syahwat opini. Kita cenderung fokus kepada kesalahan yang kecil. Atau bahkan itu bukan kesalahan, hanya rasa tidak suka atau sentimen ras saja. Aneh sekali ras menjadi penyebab permusuhan meruncing? Padahal kita tidak memilih lahir dari suku bangsa apa. Sungguh zalimnya kita membunuh akal dan logika dengan nafsu dan ego semata.

Mesut Ozil menjadi contoh bagaimana perlakukan rasis yang menimpanya. Jerman telah mengambil langkah keliru, harusnya dengan prestasi yang digunakan dari penduduknya yang multi ras dan bangsa membuat negerinya semakin beragam dan berangkulan.

Selayaknya olahraga yang menjunjung fair play juga menerapkan slogan itu di luar lapangan. Pendukung juga harus menerapkannya. Jangan menjadi penonton yang mahabenar.

Mungkin saja ini akab berdampak ke banyak hal. Termasuk rasa harmoni 2 negara yang memudar.

Jika kita masih menimbang nimbang dan mengkerdilkan ras sesama manusia bagaimana mungkin kebersamaan akan terbentuk.

Ozil mengambil jalan ksatria..

Komentar

Postingan Populer