Maghrib
"Hai bagah Rel ta jak laju u maskam. Mugreb nyo paneuk that, asai langet ka abeh gelap, wate mugreb ka abeh. Nyo manteng mirah, Jak ba honda ju!"
"Eh Ayo cepat rel kita ke Maskam. Maghrib ini pendek sekali waktunya. Kalau langit sudah gelap, waktu magrib sudah habis. Ini masih ada warna merah nya. Ayo bawa motor terus!"
..
Begitulah penggalan suara bang Banta. Seorang dosen di Langsa yang sedang menjalani pelatihan di UGM. Kebetulan kami berada dalam saru kegiatan yang sama kala itu.
Waktu magrib memang tipis sekali. Waktunya singkat. Lalai sebentar saja eh merahnya langit sudah hilang. Dulu ketika kecil saya pun diajari begitu oleh lalek nenek dan ayah ibu saya. Waktu magrib itu singkat. Jangan lalai nanti bisa tak sempat.
Kalau di renung lebih dalam, luar biasanya allah mengatur waktu shalat di sela sela kejadian alam yang takjub. Cobalah perhatian keadaan langit ketika masuk waktu shalat. Subuh masuk waktunya jika langit pagi terlihat garis biru memerah di ufuk. Zuhur tiba saatnya jika teriknya matahari telah condong, tak tepat di atas kepala lagi. Ashar tiba saat panasnya sudah menurun, merah campur kuning. Magrib datang pun semburat cahaya menjadi tanda, ditutup isya ketika malam masuk menyelimuti langit dan kelam.
Sungguh tanda tanda keagungan Allah itu meluas dan tersebar disertai tempat. Hanya apakah kita mau berfikir?
*foto 20 menit setelah azan magrib disela sela bukit di Kalimantan Timur
Komentar
Posting Komentar