Sungai Tanang

 





Babendi bendi, Ka Sungai Tanang, Ka Sungai Tanang

Singgahlah mamatik, singgahlah mamatik kuntum lembayung..

---

Ini merupakan penggalan lagu pop minang yang dulu sempat tenar. Jika menilik ke Youtube, lagu ini sudah banyak sekali di re-make menjadi bermacam nuansa. Namun tetap saja suasana minang tetap kental dan terasa.

Sekira akhir September 2020, saya sempat singgah di benerapa tempat di Sumatera Barat. Sebua provinsi yang sarat sekali dengan cerita tokoh tokoh hebat dan kekentalan adatnya yang masih terasa hingga kini.

Pagi ini kami berkunjung ke Puncak Lawang sebuah kawasan perbukitan yang menyuguhkan pemandangan Danau Maninjau dari ketinggian. Perjalanan kami tempuh dengan mobil dari sebuah penginapan kecil di ruas jalan Bypass Sumatera Barat. Perjalanan untuk sampai kepuncak lawing ini kami tempuh sekitar satu jam.

Sebuah peralanan yang menyenangkan, kami membelah desa dan persawahan yang rimbun dan sudah menguning. Dibelakang sawah berjejer bukit bukit gagah dengan guratan guratan tanahnya. Menampakkan kesan kokoh dan teduh di kaki bukit sana.

Jalan sesekali berkelok kelok, kamun semakin lama semakin banyak dan semakin rapat ritme kelokan tersebut.

Ada yang mengusik pandangan mata saya ketka sedang dalam perjalanan. Kami melewati ruas jalan di Kecamatan Banuhampu, ada senuha persimpangan jalan kecil dengan gapura diatasnya. Di atas gapura itu tertulis Nagari Sungai Tanang.

Sesaat pikiran saya terbang bahwa ada sesuatu yang tidak asing dari 2 kata ini. ya, Sungai Tanang. Lamat-lamat saya berfikir timbul tenggelam. Ada sebuah video yang saya tonton, penyanyi kenaamaan bernama Tulus menggelar konser disebuah tempat di Jakarta. Sayatidak ingat tahun berapa tetapi berkisar 2017-2019 sepertinya.

Nah, di opening konser ini, Tulus membawa lagu minang yang sudah diubah nada dan ritmenya seingga lebih modern dan dinamis. Video ini sekitar lima mneit durasinya dan bersisi beberapa lagu Minang yang lawas.

Bait bait awal yang dinyanyikan adalah penggalan yang saya sematkan di atas. (link akan saya sretakan) https://www.youtube.com/watch?v=yrUWdmMr1z8

Dengan penasaran yang mendalam, kami memasuki jalanan tersebut. Disebelah kanan kami ada bangunan satu lantai yang tertulis Nagari Sungai Tanang. Di tanah minagkabau ini, Nagari berarti desa.

Kami menyusuri jalanan yang tidak begitu besar hanya dapat dilintasi 2 mobil saja jila berpapasan maka akan perlahan berjalan sambal lempar senyum. Tetapi juga sambal memerhatikan agar spion kendaraan yang ditumpang aman.

Ditengah desa tersebut ada masjid yang tidak begitu besar, berkelir kuning putih namun bersih. Lantainya sudah dikeramik dan ada lahan parkir yang tidak begitu luas.

Menariknya adalah di sebarang jalan didepan masjid itu ada kolam luas berbentuk persegi panang yang tidak begitu tertur bentuknya. Ukurannya saya prediksi sekira 200 x 50 an meter. Di ujung sana tertulis Tabek Gadang di papan tripeks yang besar. Saya sendiri tidak pasti arti dari tulisan tersebut.

Didalam kolam ini terdapat berbagai rupa ikan air tawar, Koi, Mas, Nila, Mujair dan beberapa ikan lain yang saya tidak pasti apa jenisnya. Di tepi danau buatan ini ada kios kecil beratpkan Rangkiang Tradisional khas minang yang menjual beberapa jenis kudapan ringan dan juga umpan ikan yaitu pellet.

Saya membeli 15 bungkus umpan ikan. Harganya murah dan sangat terjangkau. Hanya seribu rupiah perbungkus. Jangan berharap banyak, 1 bungkus ini saya estimasi mungkin hanya sekitar setengah ons saja. Haha

Dengan ibu penjual saya bertanya, Bu, ini kolam sudah lama adanya atau baru dibuat? Ibu nya menjawab, oh ini kolam sudah lama, ketika saya kecil ini sudah ada. Jawabnya dengan logat Minang yang kental. Lalu usil saya bertanya, lalu maksud lagu babendi bendi kasungai tanang itu apa bu? Ditingkahi tawa kecil si ibu paruh baya yang usianya saya tebak sudah kepala lima ini menjawab, ooh, itu lagu mungkin maksudnya orang orang dari Bukitinggi naik bendi (dokar atau kereta kuda) ke desa ini. Ooo begitu, baiklah bu. Pelet saya ambil 15 bungkus, sambal berjalan ke tepi danau saya sampaikan kalua ini saya bayar setelah nanti saya usai berurusan dengan ikan ikan ini hehe

Si ibu juga jelaskan kalua kolam ini tidak boleh dipancingi ikannya jika belum tiba waktunya. Tiga tahun sekali diadakan semacam pesta rakyat untuk memancing atau menjaring ikan tawar di kolam tersebut.

-

Sayup sayup saya teringat bahwa danau kecil ini merupakan cara masyarakat desa untuk menjaga keeratan dan kerukunan dalam hidup bersama. Memang kemandirian ekonomi masyarakat harus dibetuk dari komponen terkecil juga. Desa menjadi salah satunya.

Keberadaan danau ini menjadi tanda bahwa nilai-nilai persatuan dan keluhuran masyarakat menjadi penting, dan lenih dari itu. Kebersamaan dan rasa memiliki yang tinggi untuk menjaga segala isi dari danau ini menjadi hal yang harus diapresiasi.

----

Lain waktu akan saya ceritakan hal hal menarik lainnya di ranah minang.    

Babendi bendi, Ka Sungai Tanang, Ka Sungai Tanang

 

Komentar

Postingan Populer