Malaysia #1
Sudah lama sekali
rasanya tidak kembali menulis. Saat buka-buka blog kembali (qarelhawari.blogspot.com), tulisan
terakhir saya di unggah 18 Juni 2014. Artinya sudah lebih dari 8 bulan tidak menulis. Memang
melalui semester III perlu tenaga ekstra. Di semester itu bisnis Kufi saya
melambung tinggi (sebuah kesyukuran) namun dilain sisi mata kuliah dengan
jadwal praktikum dan asistensi tidak mau kompromi. Belasan kali begadang demi tugas
dan order Kufi. Pesanan kufi terbentang dari Sabang sampai Sulawesi, bahkan
juga Nusa Tenggara Barat, yang lebih menggoyahkan hati adalah saat Qarel Al-Hawary Art
(perusahaan desain kufi yang saya kelola secara personal) diajak kerja sama mendesain ornamen
Bank Syariah di Yogyakarta.
Penghasilan dari 3
bulan usaha kufi saya bisa dijadikan obat hati yang terlalu rindu berkumpul
dengan keluarga di Langsa. Jika di nominalkan maka bisa membeli tiket pesawat
Garuda Indonesia Jakarta-London pulang-pergi.
Sebelum tulisan ini
merambat kemana, langsunglah tulisan ini saya beri judul
MALAYSIA
(28 Januari – 2 Februari 2015)
Sudah lama sekali
rasanya ingin keluar negeri, melihat mata uang, infrastruktur, trasportasi yang
beda. Makan, minum, suasana, waktu, yang beda. Bahasa, istilah, budaya yang
beda pula. Itulah yang membuat saya sangat ingin keluar negeri, negara apapun
itu.
Disemester pertama
kuliah saya, ada informasi yang saya dapatkan untuk mengikuti kegiatan
kepemudaan internasional, tentu saja sangat menarik hati. Maka dengan menggebu download
formulir, membuat deskripsi singkat tentang banyak hal, menyampaikan pandangan
tentang hal yang ditanyakan membuat paspor dan melengkapi keperluan lain untuk
memudahkan jalan saya kesana. Setelah saya mengirimkan berkas lewat e-mail tak
ada info sama sekali, lebih dari dua minggu saya menunggu dan Alhamdulillah,
formuir saya lulus seleksi dan dinyatakan lolos untuk mengikuti event Global Youth Meets 2014 India yang
diselenggarakan 20th – 25th February
2014 in Imphal, Manipur, India.
Niat saya masihlah
sangat bulat. Walaupun sudah ada paspor tapi tidak ada stempel imigrasi yang
berbaik hati. Di satu waktu saya mendengar informasi tentang sebuah event yang
berkerja sama Kementrian Riset dan Teknologi dan Jepang yang dinamakan GENESYS
2.0. sayaratnya adalah akademisi dari berbagai bidang, disalah satunya dalah
yang berhubungan dengan infrastruktur sipil. Kembali lagi dengan semangat saya
mengkuti prosedurnya, cetak ini-itu, scan ini-itu. Setelah semuanya selesai
dikemas maka amplop berisi berkas saya kirimkan ke kantor Pak Menristek. Tapi
apa daya gagal lagi.
Tiga kali gagal untuk
berkunjung ke luar. Tapi paspor tetap saya simpan baik-baik. Yakin sekali akan
janji Allah bahwa hasil sesuai dengan usaha.
Disemester tiga kuliah
ini, bisnis saya melejit cepat. Dengan kemudahan finansial yang saya miliki
berbagai kebutuhan untuk berkuliah dan sedikit memanjakan diri saya penuhi.
Berkali-kali juga banyak teman yang kecipratan dari hasil ini. Sungguh cara Allah
mengobati hati hamba-Nya yang rindu kampung orang.
Ujian Akhir semester
akhirnya tiba, keseimbangan fokus tetap saya beratkan pada ujian. Kufi saya
singkirkan sejenak dari fikiran.
Sebenarnya selesai
ujian ini sudah terjadwal agar berkunjung ke Bali. Waktu sudah ditetapkan dan
dana sudah dipersiapkan, tapi gagal lagi.
Di satu waktu ketika
menyantap makan malam bersama saudara (abang) saya, terfikir untuk pergi ke
Malaysia saja dengan uang sendiri. Mengenai kebutuhan dana saya siap, hasil
Kufi. Seketika itu juga saya cari kontak BBM sepupu yang sedang menempuh
Doktoral (S3) disana. Gayung bersambut, lama rasanya kami diskusi, maka
terbitlah jadwal. FIX, 27 Januari ke Malaysia.
Hari ujian terakhir
saya selesaikan dengan hati berbunga-bunga, karena tiket Yogya-Kuala Lumpur
sehari yang lalu sudah dibeli. Maka 3 minggu kemudian saya berangkat menuju
negeri Upin Ipin. Selama 3 minggu itu saya terus search destinasi apa yang
menarik, menukarkan Rupiah ke Ringgit dan memperkaya bahasa melayu.
Saya berpikir jika
tidak bisa pergi gratis, maka pergi dari hasil bisnis tidak ada salahnya.
Seminggu sebelum
berangkat masuk BBM dari Bang Syukri
(Sepupu saya disana). Ternyata beliau tidak bisa menjemput saya di KLIA 2,
karena harus menyelesaikan
bagian lampiran untuk desertasinya. Maka beliau memberikan “petuah”
yang wajib hukumnya untuk saya ikuti jika tidak mau tersesat disana. Saya
berfikir malah jika tersesat dapat bertemu Atok Dalang dan Kak Ros. Pokoknya
saya belum siap untuk mempraktikkan slogan backapacker: Lets get lost!.
Tanpa
terasa (sebenarnya sangat terasa, karena setiap hari
saya mengingatnya) hari kebengkatan pun tiba. Dihari itulah saya makan pagi di
Jogja, makan siang dan malam di Malaysia. Setiba saya di Bandara Adi Sudjipto,
seperti biasa check in, pemeriksaan metal detector, pemeriksaan paspor (plus
distempel). Air minum yang
saya bekali di dalam ransel ditahan, tidak boleh dibawa. Pilihannya dua, minum
ditempat sebelum masuk ke ruang tunggu atau ditinggalkan dengan senang
hati. lalu menunggu jadwal penerbangan di Ruang Tunggu
Internasional.
Dengan penuh kesungguhan saya menunggu jadwal
keberangkatan. Berkali kali melihat jam tangan. Maklumlah belum pernah keluar
negeri. Sangat menyedihkan sekali. Disekeliling saya kebanyakan orang-orang
Indonesia, ada beberapa turis asing yang duduk berkerumun sambil membuka peta
dan kamus. Ah, benar-benar suasana backpacker sudah mulai dibentuk. saya
berangkat pukul 11:45 dan sampai di KLIA 2 pukul 3:10 sore.
Wilayah Malaysia tidak meliliki perbedaan waktu. Tidak
ada pembagian WIB, WITA, WIT seperti di Indonesia. Perhitungan waktu mereka
disamakan antara wilayah Malaysia di pulau Kalimantan dan yang di seberang
pulau Sumatera. Wilayah Malaysia di pulau Kalimantan dan yang di
seberang pulau Sumatera mengikuti waktu daerah Sabah dan Sarawak. Maka sama halnya
dengan mengikuti waktu WITA di Indoesia.
Semasa diperjalanan, saya
menghabiskan waktu untuk beristirahat, tapi tetap saja tidak bisa maksimal.
Perjalanan naik pesawat sebenarnya tidaak begitu saya sukai, hanya saja
kecepatan tempuhnya saya yang membuat saya kagum. Jika boleh dikombinasi, saya
memilih suasana kereta api dengan kecepatan pesawat. Mungkin akibat perbedaan ketinggian yang bisa mengubah tekanan udara.
Maka telinga akan berdenging jika tidak terbiasa. Sudah hampir 15 kali saya naik pesawat tetap saja belum terbiasa.
Singkat kata, sampailah saya pada negeri orang ini.
Dalam sekejap suasana berganti, direction board tak lagi bahasa Indonesia,
sinyal hp bukan tertulis Telkomsel lagi, tetapi DiGi, salah satu vendor simcard
yang bekerja sama dengan Telkomsel.
Perjalanan tetap berlanjut, masih ada pintu
selanjutnya selebelum benar-benar menjadi warga asing yang mendapat izin.
Menuju bagian imigrasi.
Loket antrian
sudah dipisah, mana yang tamu asing dan mana yang tamu ASEAN. Paspor tetap
dalam saku dan sudah saya selipkan tiket pulang disana. Alhamdulillah. Encik
petugas Imigrasi Malaysia tidak bertanya apapun tentang saya, mau ngapain,
nginap dimana. Mungkin karena ada tiket pulang atau juga mungkin wajah saya
Melayu. Hanya finger print saja. Maka paspor distempel.
Dalam fikiran
saya petuah dari Bang Syukri terus saya ingat-ingat. Pertama sekali adalah
mengganti simcard handphone. Saya bertanya kepada satpam yang berjaga-jaga
dimana outlet simcard U Mobile (simcard ini gratis telfon dan sms ke sesama
pengguna U Mobile. Saya pilih ini karena abang sepupu saya juga pakai ini :D). selanjutnya adalah mencari outlet tiket
SkyBus menuju KL Central. Tanpa berlama-lama tiket sudah terbeli, harganya RM.
10.00 (1 Ringgit sekitar Rp. 3.600).
Perjalanan dari
KLIA 2 menuju KL sentral memakan waktu 1,5 jam. SkyBis sepengetahuan saya
adalah layanan angkutan penumpang dari KL Sental-KLIA 2 atau sebaliknya yang dimiliki oleh
Air Asia. Jadi ada awak kabin pesawat yang masih memakai name tag juga
menumpangi bis. Dalam perjalan sama saja seperti keluar dari bandara
Soekarno-Hatta. Hanya saja papan penunjuk arahnya berbeda. Kendaraan melaju
dengan nyaman, ada papan yang menunjukkan kalau sirkuit F1 Sepang belok
kekanan. Saya baru faham kalau sirkuit itu tidak begitu jauh dengan bandara.
Bis juga melewati Stadium Bukit Jalil. Saya jadi ingat nama stadion ini saat
Indonesia kalah melawan Malaysia main sepak bola. Diujung jalan beberapa kali
saya melihat si Menara Kembar. Dalam hati saya, berarti sebentar lagi sampai.
Setiba di KL
sentral. Saya mencari loket ketera lisrik menuju stesen UKM (stesen itu
stasiun, Malaysia banyak menggunakan kata serapan bahasa Inggris, tapi
penulisannya sesuai dengan pengucapan). ada dua jenis KTM di sana. KTM Komuter
dan KTM Antarbandar. Saya naik KTM Komuter. Jika KTM antarbandar itu menuju
kota lain. Mungkin jika di Indonesia KTM Komuter ini seperti KRL yang melayani
wilayah Jabodetabek. Jika KRL Antarbandar seperti kereta Jakarta-Jogja.
Saat itu sekitar
pukul setengah 6 sore. Suasana stasiun sangat padat. Dipenuhi dengan orang yang
pulang dari kantor. Keadaan manusia sangat beragam. Ada yang berparas Melayu,
India, Tiongkok, Arab dan Eropa. Begitu pula dengan bahasa. Bahasa Inggris,
Melayu, India, Tiongkok, Arab. Itu yang dominan disana.
Perjalanan saya dari stesen KL Sentral ke stesen UKM
memakan waktu 45 menit. Karena keadaan padat maka saya hanya kebagian tempat
untuk berdiri saja. Kursi sudah penuh. Perjalanan ini melewati sekitar 6
stesen. Diantaranya stesen Mid Valley, stesen Bandar Tasik Selatan, stesen
Kajang dan lainnya. Setiap sekitar 15 detik sebelum benrhanti di stasuin yang
dilewati, suara musik berpadu dengan pengumuman lewat speaker yang ada didalam
gerbong. Awalnya bahasa melayu lalu di ikuti dengan bahasa inggris. Kira-kira
seperti ini: “sila awasi langkah anda, please mind your step”.
Akhirnya sampai pada stesen UKM. Bang Syukri sudah
menunggu di parkiran motosikal (motor, kendaraan roda 2). Beramah-tamah
sebentar sekaligus menghela nafas. Lumayan lama berdiri didalam KTM. Beliau
menunjukkan berkas lampiran untuk desertasinya yang baru selesai dijilid. Masih
hangat! :D
Keadaan sudah sudah gelap. Adzan maghrib bersahutan.
kami menuju kompleks kampus UKM dan kedaraan mengarah ke Masjid Universiti.
Selepas shalat maghrib sambil mengobrol ringan
diatas motor kami bergerak menuju PTSL (Perpustakaan Tun Seri Lanang). Selasar
PTSL ini buka 24 jam dan tersedia dengan meja diskusi yang banyak disertai stop
kontak disetiap sisinya. Disana saya dikenalkan dengan teman teman Bang Syukri
yang semuanya asal Aceh. Ada 4 orang, dan 3 diantaranya adalah keluarg baru
saya selama menumpang di apartemen mereka. Saya teringat kalau membawa bakpia
khas Jogja, maka makanan ringan itulah yang melarutkan kami bersama suasana.
Saya sangat terkesan dengan kecepatan internet di
PTSL. Benar benar dimanjakan. Ketika itu zenfone yang saya pakai sudah waktunya
untuk update software. Totalnya sekitar 80 MB, saat didownload dengan hotspot
PTSL hanya memakan waktu tak kurang dari 30 detik. Artinya berarti 1 detik 2,7
MB. Bersyukur lagi.
Ketika itu sudah jam 10:30 malam waktu Malaysia.
Kami pulang menuju flat yang tak begitu jauh dari kampus. Hanya sekira 10 menit
jika menggunakan motor. Kendaraan melaju menuju warung masakan Thailand dan
Melayu Romzee Tomyam. Kami makan malam disana. Karena ini makan pertama semasa
di Malaysia, maka sampai sekarang saya ingat menu yang saya pesan. Tomyam
campur dan puyuh 3 rasa. Kalau tomyam ini murni pesanan sendiri, tapi kalau
puyuh 3 rasa itu pesanan Bang Syukri. Hahaha. Selama di Malaysia 2 kali saya makan
diwarung itu dan 1 kali pesan makanan untuk dibungkus agar disantap di flat.
Ketiganya selalu ada puyuh 3 rasa. Ah, memang benar-benar jatuh hati dengan
makanan Thailand ini. Deskripsinya adalah puyuh digoreng setelah itu ditumis.
Mengenai bumbu saya tidak tahu ada apa. Ada potongan nanas, cabai, dan bawang
bombay. Pokoknya top lah J. Ini penampakannya :
Flat yang saya huni berada dilantai 5. Mengenai blok
berapa itu saya tidak faham dan tidak ingat. Ada beberapa gedung yang mirip dan
rata-rata semuanya adalah flat. Diujung jalan ada Pusat Hentian Kajang
(terminal terpadu daerah Kajang).
Kajang itu salah satu daerah di Negeri Selangor.
Saya mengumpamakannya sebuah kabupaten dalam suatu provinsi.
Mata sudah sangat lelah dan mengantuk, bantal dan
kasur merayu mendayu-dayu. Akhirnya setelah bersih-bersih diri dan wudhu.
Bismika Allahumma ahya wa amuut. Malam itu saya tutup dengan doa tidur untuk
pagi yang indah di negeri Boboy Boy!
-----
Suara derit pintu berpadu dengan azan subuh membangunkan
saya. Terlelap pulas dari pukul jam 12 hingga pukul 6 pagi saya rasa cukup
untuk mencharge energi. Memang sebelum tidur saya minta dibangunkan saat azan
agar bisa pergi ke surau bersama keluarga baru penghuni flat. Surau adalah
bahasa melayu yang berari mushala. Usai bersih-bersih dan wudhu kami bergegas
ke surau dengan berjalan kaki, menuruni anak tangga.
Diluar masih sepi, sesekali klakson mobil terdengar
dan kendaraan melaju dengan cepat dijalan raya. Surau yang kami tuju tidak
jauh, hanya sekira 200 meter, jadi bisa berjalan kaki hitung-hitung olahraga.
Nama suraunya saya lupa. Tapi saya ingat, nama daerahnya Taman Tenaga. Setengah
ruangan terisi penuh. Kelihatannya banyak bangsa Afrika dan Arab. Bacaan imam
panjang-panjang, bukan Qul Hu. Setelah shalat, pengurus masjid membacakan
hadits dalam bahasa arab beserta terjemahannya dengan bahasa melayu diulang 3
kali dengan pengeras suara.
Kembali ke flat saya dan Bang Syukri menyusun
jadwal. Kemana tujuan kami hari ini. Bla bla bla beliau memaparkannya, menyebut
beberapa nama stasiun, dan transportasi yang akan dinaiki. Maka sesusai
bersih-bersih tubuh dan menyeruput Milo hangat (ini jadi kebiasaan baru saya
saat disana, minum Milo setiap pagi) kami pergi kewarung yang menyediakan
sarapan pagi, masih disekitar flat namanya Restoran Majunnas. Pegawainya
mirip-mirip India-Pakistan. Tapi kali ini dengan motor, karena tujuan
selanjutnya ke Stesen UKM. Sarapan yang saya pesan kali ini teh tarik hangat
dan roti tisu. Teh tarik sering dijumpai di Aceh, tapi sulit dicari di Jogja,
pernah ketemu, tapi rasanya seperti es teh, hahaha. Untuk roti, tisu ini menu
yang baru bagi saya, saya tidak menemukannya di Aceh, apalagi di Jogja.
Perut kenyang, hati
senang. Kami lanjutkan perjalanan menuju Stesen UKM. Motor diparkirkan. Saya
menuju loket dan beli 2 tiket menuju KL Sentral. Encik petugas memberikan 2
lembar tiket kepada saya. Beberapa menit kami menunggu lalu KTM datang. Ada
beberapa kursi yang kosong, kali ini tidak perlu berdiri.
Setiba di KL sentral
kami menuju counter Touch ‘n Go terlebih dahulu, agar perjalanan kami lebih
mudah. Tidak perlu keloket tiket jika hendak kemana-mana, tinggal menempel
kartu itu diportal saja. 2 kartu sudah ditangan. Selanjutnya menaiki eskalator
dan menuju peron LRT. Saya dan Bang Syukri menempati gerbong paling depan. Ini
pilihan beliau, karena katanya LRT ini kereta yang otomatis, tidak ada
masinisnya. Makanya kami ke gerbong yang paling depan sekaligus agar bisa melihat
pemandangan KL dipagi hari.
Akhirnya kami sampai di stasuin KLCC. Bergegas
turun. Mirip mall hanya saja pengunjung dari berbagai warna kulit berbeda beda.
Ada KLCC tour. Mengunjungi KLCC Oficial Souvenir, Petrosains, jepret sana-sini.
Lalu diakhiri dengan makan siang. Makan siang kali ini di Rasa Medan Selera.
Foodcourt ini hanya ada 3 di Kuala Lumpur. Modelnya melingkar. Tersedia semua
jenis menu dari berbagai Negeri di lamaysia, juga ada kuliner Arab, China, Thailand, Pakistan, dan
nasi padang indonesia. saya memilih menu ini, Nasi briyani kari kambing dan jus
kiwi campur mangga, mix. Sekitar RM. 30.00. usai perut terisi kami mencari
mushalla untuk shalat. KLCC punya mushalla yang bagus, ber-AC dan luas. Wudhu
antara laki-laki dan permpuan terpisah, begitu juga dengan ruangan shalatnya.
Jadi ketika masuk tidak ada ibu-ibu yang sedang melipat mukena atau membetulkan
jilbab seperti halnya di Indonesia.
Kami
beranjak keluar KLCC, mencari spot yang bagus untuk photo time, jika dari
belakang maka ada taman dan danau buatan sebagai background. Tapi jika dari
pintu depan maka kita diharapkan dengan air manucur yang memanjang. Banyak
sekali yang mengambil momen di lokasi ini. Karena ini iconnya Malaysia. Maka
belum sah kalau belum foto. Jeng jeng jeng..!! Taraaaa!!
Pengembaraan tetap berlanjut. Membeli tiket LRT.
Kali ini kami mencoba beli dengan mesin otomatis. Pilih tujuan pada layar
touchscreen, masukkan jumlah koin yang dibeli, masukkan uang, maka koin keluar
dan uang kembalian keluar disaat yang sama. Koin itu ditempelkan pada portal
pintu maka portal terbuka. Beristirahat didalam LRT sejenak sebelum menuju
pasar seni.
Pasar seni pasar pusat oleh oleh. Biasanya Bang
syukri beli seusatu di sini jika hendak pulang ke Aceh, harganya miring dan
pilihannya banyak. Hati hati kalap. Jika teman-teman pergi kesini dengan tas
saja, maka dipastikan keluar dari sini maka akan ada minimal 2 tas tambahan,
dengan senang hati si pasat seni mengambil Ringgit teman-teman.
Keluar dari pasar seni saya sudah membawa satu tas
kanvas besar berisi aneka barang dan makanan. Cokelat, baju, selendang, gelas
dll.
Perjalanan
belum berhenti untuk hari ini. Destinasi berikutnya adalah Batu Caves. Kami
bergesas menuju stesen Kuala Lumpur. Lokasinya dekat dengan Masjid Negara.
Sepanjang perjalanan stesen KL-Batu Caves saya, terlelap. Tidur. Zzz... zzzz.
Zzz
Batu caves adalah gua
batu. Merupakan pusat peribadatan umat Hindu. Tiba di stesen Batu caves kami
berjalan kami menuju gua batu itu. Lokasi ini dikonsep dengan ruang jalan kami
yang lebar dan panjang. Dikiri kanan banyak kios yang menjual makanan india,
kalung bunga, hiasan-iasan ibadah, lukisan dewa, patung dewa, bahkan ada tenda
besar yang diluarnya bergambar ular kobra yang dicuim kepalanya. Bahasa yang
begaung disini bahasa India.
Terbentang tangga yang
lebar dan tinggi menuju mulut gua. Saya tidak tahu berapa jumlah anak tangga
itu. Saya naiki saya perlahan. Kali ini Bang syukri tidak ikur mendagi anak
tangga. Beliau memilih duduk di salah satu tempat.
Beberapa
kali saya sempat terkejut selama menaiki tangga, monyet-monyet melompat
disekeliling pegangan tangga, jadilah saya menaiki tangga ditengah tengah. Siaga
monyet. Puncak tangga mengarah kemulut gua.tapi ada juga monyet yang baik dan
santun, dia kalem saja melihat para pendaki tangga. :D Suasana “mahabaratha”
sangat kental disini. Didalam gua saya hanya sebentar. Jadi tidak banyak foto didalam gua. Lelah
sekali rasanya.
Bersambung ke Malaysia #2 | |
Komentar
Posting Komentar